Senin, 07 April 2014

Pilihan kita adalah Masa Depan Kita.



Pilihan kita adalah Masa Depan Kita
Oleh : Taufik Rahman
            Sembilan April 2014, Kancah perpolitikan Indonesia akan kembali bergejolak atas nama demokrasi. Event lima tahunan yang selalu diselenggarakan oleh Bangsa Indonesia ini memang selalu mengundang berbagai macam pro dan kontra untuk disamapikan dan diketengahkan. Terlebih lagi untuk pemilu kali ini, inilah saatnya bagi Rakyat Indonesia untuk kalau hendak mengubah nasib dan system dinegeri ini. Satu hari pada tanggal 9 April 2014 nanti akan menentukan kearah mana bangsa Indonesia akan melangkah.
            Mendekati waktu pemilu, banyak sekali calon legislative yang membuat dan menebar poster wajah mereka di tepi-tepi jalan, baik yang ukuran besar maupun kecil. Sangat banyak.
            Dilihat dari sejarah Pemilu kita, pemilu yang akan dilaksanakan April ini adalah pemilu ketiga pasca  Reformasi 1998. Pemilu pasca reformasi dari segi penilaian akan kedemoratisannya dapat dikatakan pemilu paling demokratis sepanjang kemerdekaan bangsa ini walaupun ada sedikit kendala, jambatan, dan kekacauan yang terjadi.
 Bicara tentang bagaimana kita memilih, maka pemilihan Sembilan April nanti akan menjadi penentu bagi nasib rakyat ,Karena telah kita ketahui bersama, pemerintahan Indonesia saat ini terkesan kurang efektif dan kurang memerhatikan rakyatnya, maka kondisi yang telah terjadi dalam pemerintahan saat ini bukan semata-mata karena buruknya semua calon atau pejabat yang ada, tetapi juga karena buruknya daya dan budaya pilih rakyat itu sendiri. Rakyat terkesan acuh tak acuh kepada calon yang akan mereka pilih. Rakyat seakan-akan sangat haus akan namanya uang, sehingga calon legislative yang melakukan money Politic lah yang akan mereka pilih.
Budaya menjual suara inilah yang seharusnya kita buang jauh-jauh dalam praktek berdemokrasi.  Sebagai rakyat kita hendaknya berpikir bahwa Demokrasi bukanlah masalah tentang dapat bagian apa nanti kita ketika memilih calon tertentu, juga bukan dapat apa nanti kita setelah calon ini menjabat, tentu bukan hal itu. Demokrasi yang kita lakukan dengan memilih wakil-wakil kita di dewan Legislatif bertujuan nantinya agar pejabat-pejabat yang kita pilih itu mampu mempertahankan dan memperjuangkan setiap kepentingan kita sebagai rakyat dan tentu hal itu akan berimbas kepada terwujudnya hak-hak kita sebagai rakyat. Maka dari itu, memilih adalah kewajiban bagi kita, kalau hendak hak kita sebagai rakyat tidak terampas. Dalam masalah ini saya menyarankan anda untuk memilih calon yang tidak mempraktikan money Politic.sehingga jika sudah terpilih mereka akan benar benar menjalankan fungsi legislative, yaitu :

1. Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-undang.
2.    Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3.    Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.

Lepas dari masalah calon mana yang akan dipilih, ada satu hal lagi yang sangat menyita pikiran saya, yaitu tingginya budaya Apatis yang dimiliki oleh rakyat bangsa ini. Hal ini bukan tanpa bukti. Ke apatisan rakyat dapat kita lihat dari tingginya angka golput yang terjadi selama dua pemilu terakhir, karena jika kita menjadikan golput sebagai partai maka golput akan keluar sebagai partai pemenang pemilu di pemilu 2004 dan 2009. Pada pemilu 2004 golput meraih sekitar 24 %, dan di pemilu 2009 sekitar 40 %, fenomena peningkatan golput ini tentu juga sangat berpengaruh kepada pemerintahan yang akan memimpin bangsa ini.
Dilihat dari persentase golput di dua pemilu terakhir saya berkesimpulan bahwa rakyat yang tidak terkontaminasi uang dalam pilihannya di negeri ini masih sangat banyak, dan seandainya saja mereka mau meluangkan waktunya sebentar untuk memilih wakil mereka dipemerintahan saya berani bertaruh tentu system pemerintahan dinegeri ini akan menjadi jauh lebih baik dari sekarang ini, hal itu terlihat dari dua pemilu terakhir bahwa angka golput jauh lebih besar dari angka perolehan partai pemengang pemilu.
Maka mengakhiri tulisan saya malam ini, saya berkesimpulan bahwa Money Politic dan Golput adalah budaya yang akan menghancurkan bagsa ini secara perlahan, karena para pejabat yang tidak amanah dan jahat dalam memerintah tidak akan duduk di kursi legislatif seandainya orang baik mau sejenak membuka mata dan hatinya untuk melihat dan memilih wakil mereka yang dirasa paling tepat.
Dari semua itu saya teringat kata-kata teman saya bahwa “Memilih bukan masalah memilih yang terbaik diantara yang terbaik, tetapi memilih dipemilu adalah masalah memilih yang baik diantara yang terburuk.” Kalau saya boleh menambahkan kutipan maka “Memilih akan menghindarkan anda dari penyesalan kalau-kalau orang yang paling anda tidak sukai dalam kebijakan ataupun personal terpilih sebagai wakil anda.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar