Sampah : Tantangan dan Peluang
Oleh: Taufik Rahman
Menurut data BLH kota Banjarmasin, Banjarmasin
merupakan kota dengan ketinggian -0,16 M Diatas Permukaan Laut (DPL), artinya
itu menunjukan bahwa sebenarnya air laut lebih tinggi 16 Cm daripada daratan
dan kota Banjarmasin secara umum. Dengan tingkat ketinggian tersebut Kota
Banjarmasin merupakan wailayah yang rawan terkena banjir jika tidak dirawat dan
dikelola dengan baik.
Tapi sungguh ironis saat kita
membandingkan data dengan perilaku masyarakat Kota Banjarmasin itu sendiri. Masyarakat
kota dengan maskot ikan Kalabau dewasa ini seakan tidak peduli terhadap keadaan
yang sedang menjadi masalah dikotanya. Bagaimana tidak menurut Hamdi Ketua BLHD
Kota Banjarmasin, kota dengan penghasilan sampah 650 kubik perhari itu hanya 60
% membuang sampahnya ke TPA, 40 % sisanya bertebaran tidak menentu, ada yang
membuangnya kejalan, kesungai, membakarnya, dan lain sebagainya.
Yang paling parah adalah ketika
sampah-sampah itu di buang kesungai atau dibakar. Saat sampah-sampah dengan
kuantitas besar itu dibuang ke sungai dan ditambah dengan ampah ( berupa: eceng gondok, kai apu, kumpai, dahan pohon, ranting
dsb) yang ada sebelumnya disungai maka akan berpotensi menyumbat aliran sungai.
Akibatnya jelas Aliran sungai yang tersumbat oleh sampah itu akan memicu banjir
dan rusaknya sistem dreinase jika dibuang ke got atau gorong-gorong. Selain itu
sampah berupa bekas bahan kimia tertentu yang dibuang kesungai juga bisa
mengakibatkan matinya hewan-hewan laut yang akan berujung pada ketidak
seimbangan sistem ekosistem sungai. Bahan kimia itu juga bisa dimakan oleh zoo
plankton yang kemudian akan dimakan oleh ikan lalu dimakan oleh manusia
sendiri. Alhasil jika terus menerus mengosumsi ikan yang sudah tercemar bahan
kimia dari sampah selama kurun waktu tertentu bisa saja mengakibatkan penyakit
dan kematian bagi masyarakat itu sendiri hanya karena membuang sampah
sembarangan.
Setali tiga uang dengan membuangnya
kesungai, membakar sampah pun juga tidak kalah akibat buruknya. Bagaimana
tidak? Hasil pembakaran berupa karbon dioksida merupakan salah satu senyawa
yang berperan aktif menipiskan lapisan ozon di permukaan atmosfer. Semakin
tipisnya lapisan ozon maka akan semakin panas bumi yang kita tinggali ini.
Tetapi membuang sampah dengan cara
demikian disadari atau tidak merupakan cara paling disukai oleh masyarakat Kota
Banjarmasin. Khususnya masyarakat yang di wilayah temapat tinggalnya tidak ada
TPS (Temapat Pembuangan Sampah) atau masyarakat yang tinggal dipesisir sungai
Barito yang masih tergolong urban.
Pertanyaannya sekarang adalah siapa
yang harus bertanggung jawab ketika akibat-akibat buruk karena membuang sampah
semabarangan itu menjadi kenyataan? Pemerintah Kota, Badan Lingkungan Hidup,
Dinas Pertamanan, Mahasiswa, atau
masyarakat itu sendiri, secara nyata tidak ada dari semua unsur itu yang dapat
dimintai pertanggung jawaban terhadap semakin rusaknya lingkungan secara
langsung. Tetapi secara moril semua pihak itu mau tidak mau adalah pihak yang
bertanggung jawab terlepas dari bagaimanapun cara membuang samaphnya.
Kondisi lingkungan dan cara membuang
sampah itu tidak bisa kita perbaiki hanya dengan mengharapkan pihak lain untuk
membuangnya secara teratur di temapt sampah atau mengelolanya dengan baik.
Tetapi semua itu harus dimulai dari keasadaran masyarakat itu sendiri sebagai
khalifah yang bertanggung jawab langsung kepada Tuhannya dari sisi agama, atau
sebagai individu yang meninggali suatu tempat terhadap kebersihan dan
kelestarian lingkungan dari sisi sosial. Dengan adanya kesadaran dari dalam
diri sendiri maka tidak akan sulit untuk mengelola sampah yang begitu besarnya
saat tugas itu hanya dibebankan kepada Pemerintah Kota.
Selain keadaran pribadi untuk
membuang sampah pada temaptnya dan sebagai mana mestinya, pengelolaan sampah
juga harus dilakukan dengan sistem pemilahan yaitu sampah kering dan basah.
Sampah yang tergolong basah bisa dijadikan pupuk untuk tanaman sedangkan sampah
kering bisa disetorkan ke Bank Sampah untuk dijadikan uang.
Bank Sampah adalah sebuah sistem
pengelolaan sampah modern yang dijalankan oleh swadaya masyarakat atau
mahasiswa dengan menaksir harga sampah lalu menjadikannya saldo direkening
nasabah yang menyetorkan sampahnya. Setelah terkumpul saldo itu bisa diambil
oleh si nasabah sebagai keuntungan
Penyetoran sampah kering ke Bank
Sampah ini jika disadari dan dipahami betul oleh masyarakat maka akan
menciptakan sebuah sistem ekonomi kerakyatan dengan perputaran uang yang besar
dan tidak pernah berhenti setiap harinya dikalangan masyarakat Kota
Banjarmasin.
Artinya, sampah yang tadinya adalah
sumber bencana jika bisa dikelola dan dimanajamen dengan baik akan menjadi
sumber penghasilan bagi masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa terjadi saat kita
semua mengubah cara pandang kita kepada sampah. Dari biang masalah menjadi
sumber berkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar