Sabtu, 27 September 2014

Paradigma Muslim di Masa Depan



Paradigma Muslim di Masa Depan


sumber gambar : www.globalmuslim.web.id
Oleh : Taufik Rahman
Banjarmasin, 27/09/2014
            Bertahan hampir 1400 tahun lebih, menghadapi gejolak yang tiada hentinya. Dimulai dari musyrikin Quraisy di Lembah Paran yang tidak pernah berhenti merongrong penyebarannya, terseok saat perang di Karbala, menyisakan sebuah tragedi dan sakit hati yang berkepanjangan saat kepala cucu Sang Penghulu di penggal, intrik politik berkepanjangan saat kemajuan sistem dan peradaban didapat, di porak porandakan Hulagu Khan hingga bertarung melawan para crusade yang haus akan kekuasaan. Sampai situkah perjalanan panjang agama ini ?. Tidak, Islam kemudian bangkit kembali saat pasukan-pasukan Turki membuka gerbang Eropa yang di pagari oleh tembok yang bernama Konstantinopel, perjuangan kembali berlanjut ke ranah benua biru. Di Eropa, islam sulit di terima, hal ini karena orang-orang barat sudah trauma saat mereka percaya dengan doktrin sang Paulus, lebih kurang 1000 tahun terperangkap di era kegelapan. Perjuangan panjang itu pun harus memudar saat ke Khalifahan Utsmani harus runtuh saat diterpa modernisme dan sekularisme. Puncaknya adalah saat seluruh negeri Islam harus tunduk terjajah oleh kungkungan imperialisme barat yang sangat berambisi mengeruk sumber daya dari negeri jajahannnya.
            Di abad 20, dengan semangat nasionalisme. Negeri-negeri Islam yang terjajah menunjukan geliatnya dengan melakukan perlawanan menuntut kemerdekaan.
            Sekarang, ditengah himpitan globalisasi. Islam masih bertahan, walaupun dengan sangat keterbelakangan. Apakah, kata keterbelakangan sangat kejam saat menggambarkan kondisi agama yang di janjikan tuhan sebagai rahmat untuk sekalian alam ini.? Tentu saja tidak, dalam hal ini, bukan agama ataupun ajarannya yang salah, toh di abad-abad sebelumnya orang-orang Islam mampu membangun sebuah kekuatan baik itu ekonomi, pendidikan, sosial, ekonomi, hingga kebudayaan yang tercermin lewat dinasti Abassiyah.
            Lalu, apa yang salah dengan kondisi kekinian umat Islam, yang salah adalah kita sebagai umat islam, merasa tetap tenang, merasa tetap damai di tengah serangan pemikiran dan kebudayaan barat. Kita tidak sadar telah diracuni oleh cara barat, ter westernisasi dalam selimut modernisasi. Saat kita bersinggungan dengan kata modern, kita sebagai orang Islam tidak semestinya harus menoleh dengan cara barat, terlebih saat hal itu di kaitkan dengan cara berpakaian, moral, dan terdoktrin oleh fiksi film yang sebetulnya memang dirancang untuk memengaruhi kita.
            Saat bicara modenernisasi, maka kita sebagai uma islam patut berkaca kepada apa yang telah dilakukan oleh Jepang, modernisasi yang mereka lakukan lebih kepada bidang ke ilmuan dan sistem, Jepang sebagai bangsa tidak pernah meninggalkan sedikitpun etos yang telah ajarkan oleh Konfusiusme tentang moral, norma kesopanan, hingga kebudayaan.
            Artinya, saat kita bicara tentang modernisasi, bukan berarti kita mengambil semua yang di ajarkan oleh barat. Tetapi belajar dari semua nilai kebaikan dan kemajuan yang diperoleh dari sana, menerapkannya di negeri kita dengan dilandasi ajaran Islam, atau setidaknya bertahan dengan normatif dan sopan khas orang Timur.
            Selain isu tersebut, umat islam saat ini cenderung terdogma dengan artikel-artikel ataupun buku-buku Barat yang mengatakan tentang prospek dan kemajuan dari umat islam di masa yang akan datang, tetapi celakanya adalah, mendapatkan ulasan semacam itu, kita cenderung stagnan dan menunggu saat itu datang. Kalau cuma menunggu dan diam tanpa mau berusaha, saya menjamin kemajuan tidak akan pernah di dapat oleh umat agama ini.
            Selanjutnya, paham liberalisme dan radikalisme yang sangat mengancam, baik itu hal fundamen ataupun praktis yang diajarkan oleh agama Islam, dalam perkembangannya kedua konsep yang di usung oleh dua paham diatas perlahan tapi pasti akan membelah-belah umat islam menjadi kepingan-kepingan, maka saat itu tiba, divide et impera telah sukses menghancurkan umat.
            Liberalisme merupakan sebuah paham yang terinspirasi dari paham dan nilai sesuatu dilihat dari manfaat dan efesiensinya terhadap manusia, sehingga apa yang dikatakan oleh manusia pantas disanalah terletak kebenaran yang inginkan Tuhan. Para pengusung paham ini cenderung menempatkan semua agama pada satu posisi, yaitu benar.
            Sedangkan paham Radikalisme lebih condong kepada orang-orang yang tidak sadar dimana posisi umat islam saat ini, tidak mengerti akan apa yang sedang di rasakan umat islam kebanyakan, mencoba membangkitkan kembali konsep one roof system tanpa pernah mau melihat kondisi kekinian. Padahal, saya pribadi dengan harus terpaksa harus mengatkan bahwa konsep yang ada saat ini (demokrasi) lebih di minati oleh kebanyakan orang islam. Maka dengan munculnya paham liberalisme dan radikalisme ini secara faktual kita harus mengakui bahwa selain mazhab umat islam kembali berbeda dan terancam pecah menjadi bagian-bagian kecil yang tidak memeliki pengaruh.
            Berangkat dari sedikit permasalahan yang saya paparkan diatas, maka saya sebagai bagian dari umat Islam, memberikan sedikit masukan kepada seluruh umat islam, apapun mazhab yang dianutnya. Bahwa kondisi kita saat ini kalau saya boleh istilahkan sedang berada di titik nadir, titik yang mengkhawatirkan akan keberlangsungan dan eksistensi ajaran agama ini. Titik yang kalau kita kita tidak melangkah menjauhinya akan menenggelamkan kita ketengah imperialisme pemikiran barat yang humanis, jauh dari nilai-nilai moral dan karakter, nilai yang hanya menekankan pada etika keperibadian tanpa pernah menoleh kedalam etika karakter, niali yang hanya berlandaskan hedonisme tanpa pernah menoleh adanya ukhrawi. Dan apabila saat itu sudah kita alami, maka tunggulah hingga mereka menjadikan kita semua budak dan mengambil apa yang di miliki negeri Islam.
            Dalam tulisan yang singkat ini, saya sama sekali tidak ingin mengajak umat islam mengangkat senjata ataupun menghindari semua produk dari barat. Tetapi saya ingin mengatkan bahwa kita sebagai umat islam harus terlebih dahulu menyamakan semua pandangan, paradigma, pola pikir, dan menentukan misi kita kedepan. Hanya dengan kesamaan pikiran dan paradigma lah kita akan akan mampu menggerakan kembali peradaban islam di masa depan.
            Dalam kesempatan ini, saya ingin mengemukakan konsep yang harus kita lakukan dalam kesatuan paradigma itu, yaitu : umat islam harus menjadi pembelajar yang handal, Jika kau mendapatkan bahan pelajaran, pastikan agar setiap saudara seperjuanganmu juga tahu persis apa pelajarannya. Mendapat satu, mendidik seribu. Sampaikanlah walau hanya satu ayat, jangan sepelekan hal kecil, karena kebanyakan orang tersandung oleh kerikil, bukan batu besar apalagi gunung.
            Perbanyaklah memberikan motivasi kepada saudara seiman mu, usahakan agar orang-orang sekitar kita memiliki pola pikir persis apa yang kita pikirkan.
            Selain itu, memperdalam setiap ilmu yang kita milki, menjadi ahlinya karena persaingan sudah dimulai jauh sejak sebelum kita lahir, sekarang kita sedang berada di tengah pengaruh barat dikarenakan kita hanya memandang islam kedalam, kita seakan damai hanya dengan sedikit ilmu yang kita miliki, padahal pesaing-pesaing kita sedang mempelajari pola dan tingkah laku kita dan membuat formulasi untuk menjadikan kita budak. Lalu, kenapa hal yang sama tidak kita lakukan, memperlajari semua tetang barat dan memformulasikan bagaimana kekuatan itu mereka dapat dan menerapkannya untuk memperteguh dan memperkuat umat agama yang sedang berada dalam kondisi titik nadir.
            Dan, menutup artikel ini, dan ini yang paling penting dari semuanya adalah, kita tidak boleh lagi menunggu besok untuk  bergerak. Bergeraklah dalam satu pemikiran dan paradigma, karena hanya dengan itu kita akan mampu bangkit dari keterpurukan ini. Bergeraklah sekarang juga, demi Agama dan Bangsa di manapun anda berada saudara seiman ku.