Senin, 05 Februari 2018

Kemarin

Kemarin

Oleh: Taufik Rahman

Hari terasa semakin dingin,
Sangat dingin dan begitu keras
Benturannya berdarah-darah
Dan
Suara begitu payau
Tak
Menyentuh
Siapapun

Jalan langit tidak pernah mendusta
hanya harapan kitalah yang membuat kecewa

Jalan bumi adalah hukum
Jalan langit adalah kehendak
Sementara jalan diantara keduanya adalah
Iman dan usaha

Perjuangan atas cinta yang salah
Membuat nanah, darah dan air mata.
Begitu hambar
Begitu sakit
Dan terlempar

Masih ada langit, masih ada kehendak dan masih ada harapan.

Banjarmasin, Agustus 25-2018

Jumat, 02 Februari 2018

Menciptakan Terdidik Visioner (Sebuah Refleksi Sejarah Keagamaan)

Menciptakan Terdidik Visioner (Sebuah Refleksi Sejarah Keagamaan)

Oleh: Taufik Rahman

Pendidikan dan para terdidik kehilangan visinya, maka pendidikan tidak akan lagi membebaskan tapi pendidikan hanya akan menjadi belenggu bagi para terdidik.

Persoalan-persoalan pendidikan mestilah tidak dipisahkan dengan visi kebangsaan dan persoalan kerakyatan.

Menganalisa tentang persoalan pendidikan kini mestilah menganalisa para individu yang terlibat aktif didalamnya baik guru maupun muridnya. Selain itu juga persoalan kurikulum dan mata pelajaran tentu tidak dapat diabaikan.

Kaitannya dengan visi pendidikan kini, sudah semestinya menengok kembali sejarah sebagai cetak biru yang teruji dan telah terbukti hasilnya dalam menghasilkan manusia unggulan.

1453
Pada tahun 1453, Mehmed II atau yang lebih dikenal dengan Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel ibukota Bizantium (Romawi Timur) yang oleh generasi-generasi sesudahnya dianggap sebagai penaklukan dengan strategi paling jenius melampaui zamannya. Setelah pertempuran 54 hari akhirnya Mehmed II berhasil masuk Konstantinopel dengan cara menyeberangkan  70 perahu melewati pegunungan Galatia dengan jarak lebih dari 15 kilometer sampai di bagian selatan Bosphorus.

Inilah potret dari berhasilnya sebuah persiapan generasi dan persiapan pendidikan yang betul-betul visioner.

Sabda Nabi
Bagaimana tidak, penaklukan konstantinopel adalah nubuatan yang disabdakan oleh Rasulullah Saw, Sesungguhnya Konstantinopel itu pasti akan dibuka (dibebaskan). Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya," HR Bukhari.

Hadis ini yang terus menerus mengilhami jihad ke Konstantinopel yang dilakukan setiap generasi mulai dari sahabat Abu Ayub Al-Anshori hingga Khalifah Harun Ar-Rasyid. Tetapi mereka semua belum diridhoi Allah untuk menerima penghargaan itu.

Hadis ini yang melejitkan semangat juang bagi generasi-generasi Islam untuk selalu berjuang dalam berbagai keadaan. Maka sudah semestinya lah pendidikan kita kini mengutamakan nilai-nilai keislaman yang menjadi semangat dalam mengahadapi persoalan keumatan.

Menjadikan Al-Qur'an dan hadits sebagai sumber semangat dan sumber dari segala keilmuan. Inilah yang mesti ditiru dari proses pendidikan pemimpin terbaik, Mehmed Al-fatih.

Guru Terbaik
Al Fatih sendiri ternyata tidak serta merta menjadi seorang pemimpin terbaik, tetapi ia adalah bentuk dari sebuah persiapan yang matang dari proses pendidikan. Murad II memberikan guru-guru terbaik untuk mendidik anaknya, yaitu Syeikh Ismail Al-Qurani dan Aaq Syamsudin. Dari keduanya lah ia belajar Al-Qur'an, Hadits, fikih, matematika, astronomi dan bahasa. Bahkan Aaq Syamsudin ikut serta bersama sang murid dalam penaklukan Konstantinopel. Ia yang terus memotivasi Mehmed II bahwa ialah yang dikatakan oleh Rasulullah Saw 800 tahun yang lalu ketika itu. Ia adalah contoh dari seorang guru yang tidak hanya memberikan pengetahuan atau transfer of knowledge tetapi juga memberikan nilai atau transfer of value kepada muridnya. Tidak hanya itu ia juga terus menerus mendoakan anak didiknya. Inilah sebetulnya yang pendidikan harapkan dari seorang guru kepada muridnya, doa, ilmu, motivasi dan dorongan tiada henti agar murid bisa menjadi lebih baik.

Anak sebagai penerus ideologi
Setali tiga uang dengan itu, Murad II juga menyadari bahwa salah satu kelemahan dalam penaklukan konstantinopel adalah terlalu tuanya usia mereka yang mencoba menaklukan sehingga tidak lagi cukup energi dan ketahanan mereka. Oleh karenanya Murad II menjadikan Mehmed Al Fatih seorang sultan dengan usia yang sangat muda ketika itu yakni saat umurnya 12 tahun. Inilah idealnya pendidikan keluarga dimana seorang anak adalah penerus ideologi keluarga dan orang tua mestilah mempersiapkan dan bertanggung jawab terhadap keberhasialn anaknya dimasa yang akan datang.

Bahkan dalam suatu cerita ketika pertempuran Varna saat menjadi sultan diusia mudanya, ia yang masih kurang pengalaman mengirimi Murad II sebuah surat yang berisi: "jika anda Sultannya maka pulanglah dan pimpin pasukan anda, dan jika saya adalah Sultannya maka sebagai sultan saya perintahkan anda untuk pulang dan memimpin pasukan saya."

Mehmed Seorang Pembelajar
Tambahan lainnya yang mesti dicontoh dunia pendidikan kita kini adalah sosok Mehmed Al Fatih sendiri sebagai pemimpin yang visioner,gigih, tekun dan rajin belajar serta sangat taat dalam beribadah.

Karena dorongan visinya yang terilhami dari hadis nabi untuk dapat menaklukan konstantinopel Mehmed Al Fatih tidak henti-hentinya belajar dan berinovasi. Hingga akhirnya ia dapat menciptakan senjata paling maju di zamannya, yakni meriam paling besar ketika itu. Hingga menemukan kelemahan psikologis rakyat konstantinopel bahwa cahaya bulan akan selalu melindungi kota dari kejatuhan yang membuat ia dan pasukannya melancarkan serangannya ketika bulan sedang gelap. Hingga akhirnya dapat membuka kota yang didirikan oleh Kaisar Konstantinius.

Selain itu, ia juga merupakan sosok yang tidak pernah meninggalkan ibadah dan kewajiban kepada Tuhannya. Kepribadian ini juga membuat semakin matang dan kokoh mentalnya sebagai seorang pemimpin.

Konklusi
Sinergi dan visi semacam inilah yang kita harapkan dari sebuah sistem pendidikan sehingga pada gilirannya pendidikan sarjana pekerja tetapi lebih jauh pendidikan kita menghasilkan para terdidik yang visioner dalam mengatasi berbagai tantangan kebangsaan.